CARA TEPAT BUDIDAYA TANAMAN GAHARU YANG BAIK DAN BENAR

Cara tepat budidaya tanaman gaharu yang baik dan benar harus dipelajari terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil maksimal dengan keuntungan ratusan juta per bulan. Tanaman gaharu tergolong ke dalam jenis tanaman yang mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh pada tanah dengan jenis apapun. Tidak ada kriteria khusus jenis tanah yang dibutuhkan untuk budidaya yang satu ini. Semua jenis tanah dapat dijadikan lahan budidaya gaharu, asal bukan tanah yang terendam air seperti lumpur dan rawa.

Gaharu dapat tumbuh subur pada tempat yang memiliki ketinggian 0 sampai 1200 meter di atas permukaan air laut. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pohon gaharu juga bisa hidup di tempat yang memiliki ketinggian di atas 1200 mdpl.

Usaha Budidaya tanaman gaharu  yang baik dan benar merupakan salah satu jenis usaha yang cukup menguntungkan, karena peluang usaha budidaya tanaman ini terbilang masih terbuka lebar. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin melakukan usaha budidaya tanaman gaharu.


Pemilihan Bibit


Untuk bisa melakukan pembudidayaan tanaman gaharu, tentunya yang pertana kali harus dipersiapkan adalah bibitnya. Jika ingin mendapatkan hasil pohon gaharu yang berkualitas, maka harus digunakan bibit yang berkualitas.

Biasanya para petani gaharu mendapatkan bibit dari petani atau pihak-pihak yang menyediakan bibit gaharu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih bibit gaharu. Pastikan bibit sehat atau tidak terserang hama, dan memiliki diameter minimal 1 cm dan tinggi minimal 20 sampai 30 cm. Bibit tersebut merupakan bibit yang ideal untuk dibudidayakan.


Persiapan Lahan


Setelah bibit pohon gaharu didapat, selanjutnya mempersiapkan lahan untuk menanamnya. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa pohon gaharu tidak memerlukan lahan khusus. Hanya saja yang perlu diperhitungkan adalah jarak tanam dari tiap-tiap pohon gaharu. Jarak yang ideal adalah 3 x 3 meter. Namun juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi perhitungannya untuk 1 hektar tanah bisa ditanami sekitar 1.111 pohon gaharu.


Penanaman


Untuk menanam bibit gaharu tentunya harus dipersiapkan lubang tanamnya. Ukuran lubang tanam yang ideal adalah 30 x 30 x 30 cm. Usahakan untuk pembuatan lubang dilakukan minimal 2 minggu sebelum penanaman. Penambahan pupuk pada lahan juga penting untuk mempercepat pertumbuhan pohon gaharu. Untuk dosis pupuk sesuaikan dengan takaran yang sudah tertera pada kemasan. Penanaman bibit gaharu yang baik adalah dilakukan pada saat pertengahan musim penghujan.

Perawatan


Setelah bibit gaharu ditanam, selanjutnya bisa langsung masuk ke dalam tahap perawatan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk merawat tanaman gaharu ini. Yang pertama adalah memerinya naungan. Naungan gaharu bisa dibuat dari jerami atau daun yang berukuran lebar.

Tujuan pemberian naungan ini adalah menghindarkan gaharu dari paparan sinar matahari secara langsung. Mengingat pohon ini kurang cocok apabila terkenal sinar matahari dalam jumlah yang terlalu banyak, utamanya saat tanaman masih berusia mudah. Selain itu sinar matahari juga dapat membuat penguapan air secara berlebihan.

Selain itu juga diperlukan penanggulangan terhadap hama atau penyakit dengan memberikan pestisida. Disarankan untuk menggunakan pestisida organik karena lebih aman dan kualitas yang dihasilkan juga lebih baik.

Karena pohon gaharu ini sangat rawan terhadap serangga pemakan daun, maka untuk menanggulanginya bisa dilakukan penyemprotan insektisida untuk memusnahkan serangga atau ulat yang biasa memakan daun gaharu.





Hasil cara tepat budidaya tanaman gaharu yang baik dan benar

KLASIFIKASI KUALITAS GAHARU BERDASARKAN JENIS GUBAL

Klasifikasi Kualitas Gaharu berdasarkan jenis gubal adalah sebagai berikut:

  • "GUBAL KAYU GAHARU SUPER" Warna hitam merata, wangi dan aroma yang ditimbulkan kuat.
  • "GUBAL KAYU GAHARU SUPER AB" warna hitam kecokelatan, cukup wangi, aroma yang ditimbulkan kuat.
  • "GUBAL KAYU GAHARU SABAH SUPER" warna hitam kecokelatan, wangi sedang dengan aroma yang ditimbulkan agak kuat.
  • "GUBAL KAYU GAHARU KELAS C" warna hitam dengan banyak garis putih dengan kepingan tipis dan cenderung rapuh.







Selain klasifikasi kualitas jenis gubal dari kayu gaharu, kemedangannya juga memiliki nilai jual yang tinggi. Berikut merupakan daftar jenis serta harga dari kuwalitas kemedangan yang ada di pasaran :
  • "TANGGUNG A" warna cokelat kehitaman, wangi dengan aroma yang kuat
  • "SABAH I" warna cokelat bergaris putih tipis, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
  • "TANGGUNG AB" warna cokelat bergaris putih agak tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
  • "TANGGUNG C" warna kecokelatan bergaris putih agak tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
  • "KEMEDANGAN I" warna kecokelatan bergaris putih agak lebih tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
  • "KEMEDANGAN II" warna keabu - abuan bergaris hitam yang tipis, wanginya kurang, dengan aroma yang kurang kuat juga.
  • "KEMEDANGAN III" warna putih keabu - abuan, wanginya kurang harum, dan aroma kurang kuat juga.
  • "ABU DAN SISA" merupakan potongan atau hasil terakhir pengolahan dari kayu gaharu ini.
Harga gaharu semakin hari semakin meningkat, namun persediaan pohon gaharu semakin berkurang.  Sehingga tindakan budidaya gaharu perlu dilakukan.

PROSPEK BUDIDAYA GAHARU

Prospek Budidaya Gaharu sangat cerah untuk masa depan. Gaharu terdapat beragam jenis sekitar 27 jenis namun hanya ada empat jenis yang unggul dan berharga tinggi. Kayu kehitaman ini mengandung getah yang khas yang dipakai dalam industri parfum. Bahkan dikatakan sejak 2000 tahun silam, gaharu sudah menjadi komoditas perdagangan dari negeri ini ke India, Persia, Arab, dan Afrika Timur. Gaharu, spesies Aquilaria, ternyata menjadi komoditas perdagangan dunia yang harganya tinggi.




Harga gubal kayu gaharu kualitas kelas 1 mencapai Rp350 juta per kilogram, kelas 2 Rp35 juta, dan kelas 3 Rp5 juta per kilogram. Kulit dan serbuk kayunya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dupa atau bahan terapi aroma. Selain ditentukan dari jenisnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan getah (resin) dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan getah di dalamnya, harganya semakin mahal.




Pohon gaharu gampang ditanam seperti tanaman sela yang tidak perlu lahan khusus. Gaharu hanya butuh sekitar 40 persen sinar matahari. Menanam pohon gaharu sangat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya dan untuk menanggulangi masalah emisi karbon di dunia. Jangka panen yang relatif pendek akan menjadi daya tarik masyarakat untuk menanam pohon gaharu. Sebelum panen pun masyarakat juga dapat merasakan manfaat dari khasiatnya sebagai obat-obatan herbal.

PERBANDINGAN HARGA GAHARU

Perbandingan harga gaharu di pasaran sangat bervariasi. Harga batang pohon gaharu terbilang mahal mulai terendah Rp 300 ribu/kg. Namun jika kualitasnya baik harganya bisa mencapai Rp 250 juta/kg. Satu pohon budidaya bisa menghasilkan 20 kg.


Ternyata dari 1 pohon gaharu yang di tanam 5 - 8 tahun akan menghasilkan 10 juta. Bahkan hingga 20 juta, itulah kata beberapa pakar dan petani gaharu yang sudah membudidayakan pohon "emas" ini.

Harga gaharu kualitas kelas 1 mencapai Rp350 juta per kilogram, kelas 2 Rp35 juta, dan kelas 3 Rp5 juta per kilogram. Kulit dan serbuk kayunya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dupa atau bahan terapi aroma. Selain ditentukan dari jenisnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan getah (resin) dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan getah di dalamnya, harganya semakin mahal.

Dalam lima tahun terakhir total ekspor kayu gaharu Indonesia mencapai 170-573 ton dan menghasilkan devisa sebesar US$26 juta di tahun 2006 dan meningkat menjadi US$86 juta pada tahun 2010. Kayu gaharu yang biasa diekspor berbentuk chips, blok, bubuk dan minyak.


Potensi gaharu di Indonesia diperkirakan mencapai 600.000 ton setahun dengan sentra produksi di Papua, Kalimantan dan Sumatera. Harga gaharu Indonesia berkisar antara Rp100.000 dan Rp150.000 per kilogram tergantung kualitasnya. Baru-baru ini, pertanian gaharu telah mulai dikembangkan di daerah Bangka, Sukabumi, Bogor, Lampung dan Nusa Tenggara Timur.


Kualitas super gaharu di Indonesia adalah Aquilaria filaria berasal dari hutan Kalimantan Timur yang bisa terjual hingga Rp150 juta per kilogram. Di China jenis kayu tersebut dapat terjual hingga Rp 400 juta per kilogram, sedangkan di kawasan Timur Tengah harganya bisa mencapai Rp 300 juta per kilogram.


Di negara-negara tujuan ekspor, kayu itu digunakan untuk bahan obat-obatan, bahan baku parfum, aroma terapi, suvenir dan perlengkapan ritual keagamaan.

SEKILAS CARA TEPAT BUDIDAYA GAHARU TAMBAH PEMUPUKAN NPK


Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan kualitas gaharu yang baik perlu diperhatikan cara tepat budidaya gaharu. Berikut tahapan cara budidaya gaharu yang dapat menjadi referensi para pemula dalam bidang budidaya gaharu

1. Bibit Gaharu Berkualitas.

Bibit gaharu yang disediakan harus berkualitas. Bibit gaharu berkwalitas seperti bibit gaharu (Aquilaria malaccensi).
Pemeliharaan bibit yang berasal dari cabutan/stump harus terlebih dahulu dikondisikan dengan penyungkupan. Pemeliharaan bibit tanpa penyungkupan beresiko kegagalan walaupun bedeng pemeliharaan telah diletakkan di bawah naungan sekalipun. Ikuti petunjuk teknis pembuatan sungkup sebagaimana yang kami lampirkan. Sungkup terbuat dari plastic dan plastic sungkup tersebut dapat diperoleh dari toko peralatan pertanian atau toko plastic.



Media tanam sebaiknya merupakan campuran: tanah : kompos : pasir (2:1:1) Penyiraman pertama harus betul-betul jenuh air dan penyiraman berikutnya hanya dilakukan jika media tanam terlihat kering. Dalam penyiraman tersebut dihindari membuka sungkup ukuran besar, cukup hanya dimasuki selang/lobang kecil.Peletakan sungkup/bedeng pemeliharaan harus di bawah naungan tegakan (sebaiknya rindang) sehingga tidak ada sinar matahari langsung dengan intensitas tinggi dan lama. Paranet/shading net 75% diperlukan jika naungan tegakan kurang dan sebaiknya diatas sungkup diberikan lagi jerami/ pelepah daun kelapa/sawit.

Periksa jika terjadi kebocoran pada sungkup.Hindari membuka-tutup sungkup cukup sering. Dengan pembuatan sungkup yang tepat, kondisi di dalam sungkup akan terlihat mengembun dan tidak kering. Jika terlalu sering membuka dan menutup sungkup bibit beresiko kematian.Setelah 3-4 minggu, sungkup dibuka secara bertahap, dilarang membuka sungkup sekaligus. Contoh : hari pertama dibuka 0,5 meter, hari kedua 1 meter dan seterusnya. Jika dibuka sekaligus bibit beresiko kematian.Setelah dikeluarkan dalam sungkup, bibit dipeliharan dibawah naungan paranet dan sebaiknya juga di bawah tegakan agar tercipta iklim yang baik bagi pertumbuhan bibit.

2. Persiapan lahan untuk ditanam

Setelah memiliki bibit yang siap tanam, siap tanam ini minimal tinggi pohon 20 sd 30 cm. Berapa pokok gaharu yang bisa ditanam untuk 1 hektare lahan ? Disini minimal jarak tanam adalah 3x3 Meter. Bisa mengunakan jarak tanam lainnya jika dirasa ini terlalu dekat/sempit. Jika memiliki lahan 1 hektare, ini artinya luas lahan anda adalah 100m2, yang jika dikonversi kedalam meter ada 10.000 meter. Nah, jika memang jarak tanam yang anda gunakan 3x3 meter maka tinggal kita bagikan saja dengan hitungan 10.000 meter / 9 meter = 1.111 pohon gaharu. Untuk lahan tidak mencapai luas 1 hektare, tinggal diukur saja luasnya, dibagi luas jarak tanam.

3. Media Tanam

Pembuatan lubang tidak ada standar khusus, kecuali yang biasa dilakukan yaitu lubang digali maksimum 1 bulan sebelum bibit ditanam atau dalam kurun waktu minimal 2 minggu. Apa tujuan dari ini ? Agar tekstur dan struktur tanah menjadi lebih subur sehingga akar muda dari bibit mampu menyesuaikan kondisi perubahan struktur tanah dari polibag. Diusahakan agar tanah galian digemburkan pada saat persiapan lubang. 30x30x30 Merupakan ukuran yang standar dalamnya lubang, bisa menyesuaikan dengan tinggi bibit gaharu. Jangan sampai batang bibit pohon gaharu tertanam terlalu dalam.

Rekomendasi pemberian pupuk organik bisa saja dilakukan bahkan ini bisa dibilang penting, 3 sd 5 kg pupuk organik sangat dianjurkan untuk mempercepat laju pertumbuhan bibit. Bagi yang ingin menambahkan pupuk jenis NPK bisa menggunakan dosis 20-30 gram perlubang. Untuk tipe tanah yang tingkat keasamanya <5 (kecil dari 5) bisa tambahkan kapur dolomit 100 gram setiap lubang.

4. Naungan/Peneduh

Untuk menjaga tanaman agar tetap aman dan terlindungi dari sinar matahari serta mengurangi penguapan air yang berlebihan maka bisa memberikan naungan agar bibit tidak terkena sinar matahari langsung. Bisa saja anda gunakan jerami atau ditutup menggunakan daun yang berukuran lebar. Sebuah sumber menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk penanaman yaitu diantara pertengahan musim penghujan. 

5. Perawatan umum

Bisa memberikan pestisida dalam bentuk kimia atau pestisida organik. Hal ini tentu saja bertujuan untuk menjaga tanaman dari serangan hama yang biasa menggangu. Terutama pada musim kemarau. Daun gaharu sangat disukai hama ulat (Lepidoptera sp) Jika hal ini terjadi, anda bisa berikan insektisida kimia yang direkomendasikan toko pertanian. Karena jika tidak, pohon gaharu akan sangat kehilangan daun dari pangkal hingga pucuk dan kemudian mati.

Demikian sekilas uraian cara tepat budidaya gaharu yang perlu diperhatikan untuk kesuksesan dan keuntungan yang maksimal. Setelah tanaman gaharu tumbuh dengan baik kemudian dilakukan treatment untuk menghasilkan gubal gaharu dengan harga yang tinggi mencapai ratusan juta rupiah per kilogram.

MANFAAT GAHARU

Manfaat Gaharu (Aquilaria malaccensis) merupakan jenis utama gaharu (agarwood), suatu produk rempah-rempah berbentuk kayu dengan resin beraroma wangi yang dipakai sebagai campuran parfum dan setanggi.

Produksi resin ini unik karena harus dirangsang oleh infeksi kapang parasit dari kelompok Ascomycetes: Phaeoacremonium parasitica, yang berdinding sel gelap. Warna dinding sel ini bertanggung jawab terhadap warna hitam kayu gaharu yang terinfeksi. pohon ini biasa diambil batangnya untuk membuat minyak atsiri.
Gaharu sebagai komoditi unggulan karena memiliki aroma yang harum dan sering digunakan sebagai bahan pembuat parfum, pewangi ruangan, dupa, minyak dan obat tradisional, misalnya obat sakit ginjal, sakit gigi, rematik, pengurang rasa sakit, penambah tenaga dan penawar bisa (Sudrajat, 2003) serta merupakan sumber devisa untuk komoditi HHBK yang bernilai ekonomi tinggi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2006).  


Selain itu kulit kayu dan daun pohon penghasil gaharu jenis Aquilaria malaccensis dapat digunakan sebagai obat muntah-muntah .Gaharu adalah gumpalan padat, berwarna cokelat kehitaman sampai hitam dan berbau harum yang terdapat pada bagian batang, cabang atau akar dari jenis tumbuhan penghasil gaharu yang telah mengalami proses perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur.

Kayu Gaharu menjadi mahal setelah menjadi gupal. Gupal ini mengandung resin atau getah setelah pohon gaharu terinfeksi sejenis jamur parasit (yang disebut kapang) dari anggota kelas Ascomycetes. Gupal inilah yang menjadikan kayu gaharu menjadi khas, unik, dan beraroma wangi. Dan gupal ini pula yang kemudian dihargai sangat mahal di pasar indonesia  maupun pasar dunia.

 

Kayu gaharu, baik yang mengandung gupal ataupun tidak, dieskpor ke berbagai negara seperti Saudi Arabia, Kuwait Yaman, United Emirat, Turki, Singapura, Jepang, China, dan Amerika Serikat. Di sana kayu gaharu dijadikan bahan baku untuk industri kosmetik, wewangian, obat-obatan, hingga menjadi hio (dupa wewangian) dan aneka kerajinan. Kayu gaharu dengan kualitas gupal terbaik bisa dihargai hingga puluhan juta rupiah persatu kilogramnya.

JENIS GAHARU DI KALIMANTAN DAN INDONESIA

Jenis Gaharu di hutan kalimantan didominasi oleh gaharu dari genus Aquilaria. Beberapa yang paling sering ditemukan yaitu jenis dari Aquilaria Microcarpa, Aquilaria Malaccensis dan Aquilaria Beccariana.
Untuk menentukan jenis gaharu dapat dilihat dari beragam aspek, misalnya saja ciri morfologis, lokasi penyebaran, sifat fisik gaharu, bahkan dapat diidentifikasi juga berdasarkan nama daerah. Pada umumnya, jenis ini memiliki ketinggian batang mencapai 35 s/d 40 Meter. Jenis Aquilaria malaccensis memiliki diameter rata-rata sekitar 60 cm dengan ketinggian mencapai 40 meter.  


Secara fisik, jenis-jenis dari Aquilaria biasanya ditandai dengan bentuk kulit batang yang licin, kulit batang juga memiliki warna keputih-putihan, daging kayu lebih keras dibanding jenis gaharu lainya.
Aquilaria berdasarkan bentuk daun biasanya dicirikan dengan bentuk daun yang meruncing pada bagian ujung daun, tampak mengkilap jika terkena cahaya matahari. Buah jenis Aqularia spp berbentuk bulat telur, memiliki panjang sekitar 3 s/d 5 cm dengan kulit tertutup oleh bulu halus kemerahan. Beberapa jenis dari Aquilaria antara lain adalah A. malaccensis, A. filarial, A. hirta, A. microcarpa, A. agallocha roxb, A. beccariana, A. secundana, A. moszkowskii, A. tomentosa.

Gaharu atau Aquilaria malaccensis adalah sejenis pohon anggota suku gaharu-gaharuan (Thymelaeaceae). Jenis ini dapat dijumpai di Banglades, Bhutan, India, Indonesia, Iran, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, dan Thailand. Tumbuhan ini, karena nilai ekonominya, terancam punah karena rusaknya habitat.
Tinggi gaharu mencapai 40 m, dengan diameter lebih dari 60 cm. Batangnya lurus, tidak berbanir. Kulit batangnya halus, dengan warna coklat keputih-putihan. 




Tajuknya bulat, lebat, dengan percabangan horisontal. Daunnya tunggal, berseling, tebal, bentuknya jorong hingga jorong-melanset, dan panjang. Tajuknya lebat, bulat, percabangannya horisontal. Perbungaannya berbentuk payung, membentuk cabang, tumbuh pada ketiak daun.
Bunganya kecil, berwarna hijau/kuning kotor, dan berbulu jarang. Buahnya berbentuk telur terbalik, dan berbulu halus. Untuk pembudidayaan, pernah dicoba dengan biji. Perkecambahan biji dapat mencapai 47%. Dalam waktu tiga tahun saja, setelah disemai, pohon muda gaharu dapat mencapai tinggu 2,5 m.
Gaharu sebagai komoditi unggulan karena memiliki aroma yang harum dan sering digunakan sebagai bahan pembuat parfum, pewangi ruangan, dupa, minyak dan obat tradisional, misalnya obat sakit ginjal, sakit gigi, rematik, pengurang rasa sakit, penambah tenaga dan penawar bisa (Sudrajat, 2003) serta merupakan sumber devisa untuk komoditi HHBK yang bernilai ekonomi tinggi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2006). 

Selain itu kulit kayu dan daun pohon penghasil gaharu jenis Aquilaria malaccensis dapat digunakan sebagai obat muntah-muntah .Gaharu adalah gumpalan padat, berwarna cokelat kehitaman sampai hitam dan berbau harum yang terdapat pada bagian batang, cabang atau akar dari jenis tumbuhan penghasil gaharu yang telah mengalami proses perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur
Kayu Gaharu menjadi mahal setelah menjadi gupal. Gupal ini mengandung resin atau getah setelah pohon gaharu terinfeksi sejenis jamur parasit (yang disebut kapang) dari anggota kelas Ascomycetes. Gupal inilah yang menjadikan kayu gaharu menjadi khas, unik, dan beraroma wangi. Dan gupal ini pula yang kemudian dihargai sangat mahal di pasar indonesia  maupun pasar dunia.

Kayu gaharu, baik yang mengandung gupal ataupun tidak, dieskpor ke berbagai negara seperti Saudi Arabia, Kuwait Yaman, United Emirat, Turki, Singapura, Jepang, China, dan Amerika Serikat. Di sana kayu gaharu dijadikan bahan baku untuk industri kosmetik, wewangian, obat-obatan, hingga menjadi hio (dupa wewangian) dan aneka kerajinan. Kayu gaharu dengan kualitas gupal terbaik bisa dihargai hingga puluhan juta rupiah persatu kilogramnya.
Beberapa jenis - jenis gaharu yang tumbuh di Indonesia antara lain :
Aquilaria beccariana Van Tiegh; Di Indonesia tumbuh secara alami di Sumatera dan Kalimantan. Di samping itu juga hidup di Semenanjung Malaya. Nama latin tumbuhan ini mempunyai sinonim diantaranya : Aquilaria cumingiana var. parviflora Airy Shaw, Aquilaria grandifolia Domke, dan Gyrinopsis grandifolia (Domke) Quisumb.

Di Indonesia memiliki beberapa nama daerah semisal, mengkaras, gaharu, dan gumbil nyabak. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).
Aquilaria cumingian (Decne.) Ridl.; Tumbuh di pulau Morotai dan Halmahera, Maluku, serta di Filipina.Tumbuhan ini memiliki beberapa nama sinonim seperti Aquilaria pubescens H. Hallier, Decaisnella cumingiana Kuntze, Gyrinopsis cumingiana Decne., Gyrinopsis cumingiana var. pubescens Elmer, Gyrinopsis decemcostata H. Hallier, dan Gyrinopsis pubifolia Quisumb. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).

Aquilaria filaria (Oken) Merr.; Gaharu jenis ini tumbuh di Indonesia (Morotai, Seram,  Ambon, Nusa Tenggara, Papua), Papua Nugini, dan Filipina. Nama sinonimnya antara lain Aquilaria acuminata (Merr.) Quisumb., Aquilaria tomentosa Gilg, Gyrinopsis acuminata Merr., dan Pittosporum filarium Oken. Di Maluku disebut Las sedang di Papua dinamai Age.
Aquilaria hirta Ridl; Jenis gaharu ini tumbuh di Indonesia (Sumatera) dan Semenanjung Malaya. Nama sinonimnya adalah Aquilaria moszkowskii Gilg.

Aquilaria malaccensis Benth.; Tumbuh di Indonesia (Sumatera, Simalue, dan Kalimantan), Filipina (Luzon), India (Assam), Bangladesh, Myanmar, dan Malaysia (Semenanjung Malaya, Sabah, dan Serawak). Di Indonesia dikenal dengan beberapa nama daerah seperti ahir, karas, gaharu, garu, halim, kereh, mengkaras dan seringak. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).

Aquilaria microcarpa Baill.; Tumbuh di Indonesia (Sumatera, bangka, Belitung, dan Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung Malaya, Sabah, dan Serawak). Nama ilmiah tumbuhan ini mempunyai beberapa sinonim diantaranya Aquilaria borneensis Van Tiegh. ex Gilg,

Aquilariella borneensis Van Tiegh., dan Aquilariella microcarpa Van Tiegh. Di Indonesia dikenal juga dengan nama-nama daerah seperti ntaba, tangkaras, engkaras, karas, dan garu tulang. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).

Selain itu juga masih terdapat beberapa spesies lain meliputi : A. apiculata (Mindanao, Filipina), A. baillonii (Kamboja, Laos, dan Vietnam), A. banaense (Vietnam), A. brachyantha (Luzon, Filipina), A. citrinicarpa (Mindanau, Filipina), A. crassna (Kamboja, Laos, dan Vietnam), A. khasiana (India), A. parvifolia (Luzon, Filipina), A. rostrata (Malaysia), A. rugosa (Vietnam), A. sinensis (China), A. subintegra (Thailand), A. urdanetensis (Mindanau, Filipina), dan A. yunnanensis (China).

Populer